Selasa, 04 Maret 2014

Cerbung Dhariel Part 1 (Jati Diri yang Terlupakan)




Cerita Fantasi
Cerita Bersambung Kisah Fantasi Imajinasi
(PART I)

“Disaat aku terbangun dalam sebuah kekakuan yang tak ku kenal, semua yang terlihat hanya dedaunan terbang betebaran diatas langit, sebuah kisah yang aku sendiri tak mempercayainya, termenung dalam sebuah kebingungan disebuah tempat yang paling indah diantara tempat lain yang kutahu selama ini. Sebuah kisah tentangku, berawal lebih dari setahun yang lalu mereka menemukanku dalam keadaan terluka parah, dan tak mengingat apapun tentang siapa diriku, siapa namaku, dari mana aku berasal dan kenapa aku terdampar di desa ini, mereka sekarang memanggilku dengan nama Dhariel.
Daun Fora berwarna merah yang berjatuhan dari atas bukit Median menghiasi seluruh langit desa ini Elfarion, nama sebuah desa yang sekarang menjadi tempat tinggalku, Mereka mengatakan bahwa aku sebenarnya bukan berasal dari tempat ini, aku adalah orang asing yang terdampar di kota ini, Sebuah desa yang sangat indah ditengah hutan Felioth, desa ini terlindungi oleh dinding besi yang memutari seluruh desa, sehingga semua mahluk buas dari hutan Felioth tidak akan dapat masuk ke dalam desa. Penduduk di desa ini hidup dengan damai, mereka adalah penduduk dari berbagai suku yang tinggal menetap dan menerima berbagai perbedaan yang mereka bawa dari suku asli mereka. Awalnya desa ini dibentuk dan disepakati oleh kedua suku besar yaitu Suku Nerosta dan Suku Mortisan sebuah suku yang bermusuhan selama berabad-abad. Sebagian dari penduduk dari kedua suku adalah penduduk yang tidak memilih perang yang terus berkecambuk didataran Meditoral. Kesamaan pilihan mencari tempat yang aman telah membentuk sebuah takdir mempertemukan mereka didalam hutan ini, mereka telah lelah dengan peperangan sehingga mereka memilih untuk berdamai dan mendirikan desa didalam hutan Felioth dengan penuh cinta damai dan tidak ikut campur dalam perang yang masih bergejolak diluar sana. Tahun demi tahun yang terlalui telah mengundang berbagai suku yang ingin hidup damai di desa ini sehingga telah banyak penduduk dari berbagai suku yang menemukan desa tersembunyi ini sehingga mereka menetap dan tinggal bersama di satu desa kemudian disinilah kami menjadi sebuah keluarga besar.
Begitu pula denganku, diriku sekarang adalah bagian dari mereka, mereka yang menerima dengan baik kedatanganku tanpa melihat asal-usulku sebelum ini, siapa diriku? dari mana asalku? orang seperti apa aku sebelum ini? Mereka tidak mempersoalkan masa laluku dan mereka memperbolehkan aku untuk tinggal selama yang aku mau, mungkin sampai ingatanku ini kembali dan aku mengetahui secara penuh siapa sebenarnya diriku. Tepatnya sekitar setahun yang lalu, aku ditemukan oleh kakek Tam diladangnya. Ia bilang saat itu aku begitu lemah dan tak sadarkan diri, ia merawatku selama kurang lebih satu minggu sampai aku terbangun dalam keadaan tak mengingat apapun. Kakek Tam dengan senyum ramahnya menganggapku sebagai cucunya. Ia selama ini hidup bercocok tanam tanpa ada yang menemani, mungkin aku adalah sebagian doa yang ia minta pada yang kuasa selama ini untuk menemani kesepiannya selama ini” 
 ***

Akhir musim panas telah berlalu, dimulai kembali dengan awal di musim gugur, dimana seluruh pepohonan mulai berbuah dan tumbuh banyak jamur disetiap sudut hutan, beberapa penduduk memanfaatkan sumber alam hutan Felioth sebagai bahan persediaan sebelum musim dingin. Begitu pula dengan Kakek Tam, seorang yang disegani di desa Elfarion, selain ia bertugas sebagai penjaga persediaan makanan untuk desa Elfarion, ia juga bertugas bercocok tanam mempersiapkan bahan makanan untuk seluruh desa, ia percaya bahwa tanah di  ladangnya yang subur adalah suatu berkat dari Yang Kuasa, sehingga ladang ini telah menjadi tanggung jawab untuk ia jaga seumur hidupnya. Selama ini seluruh penduduk desa Elfarion memanfaatkan hasil panen dari kakek Tam untuk persediaan makanan seluruh warga desa, lahan yang subur  dan berbagai makanan yang terdapat dari hutan Felioth telah mencukupi kebutuhan pangan seluruh warga desa Elfarion. Sehingga suku ini berkembang menjadi sebuah desa yang sangat indah di dalam hutan. Kakek Tam dahulu adalah salah satu pelopor perdamaian yang membawa sebagian dari suku Netrosa untuk sampai di tempat ini. Masa kecilnya sangat menyedihkan. Perang yang tak kunjung berakhir telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Sehingga Ia hidup sebatang kara dan bekerja sebagai petani untuk menghidupi seluruh penduduk desa Elfarion, bakti dan keramahannya membuat semua orang menyayanginya, dan doa yang ia panjatkan selama ini telah dikabulkan dengan datangnya seorang anak yang bisa ia anggapnya sebagai cucu kesayangan yang ia beri nama Dhariel.
Setahun telah berlalu, semenjak Dhariel ditemukan oleh kakek Tam di ladangnya, pada suatu pagi ketika terjadi badai pada malam harinya. Anak itu begitu lemah dan tak berdaya, ia merawat dan mencarikan berbagai obat untuk menyebuhkan anak itu dari kematian. Kemudian setalah anak itu sadar, ia seperti seorang bocah yang tak ingat apa pun, dengan kebaikannya maka kakek Tam memperbolehkan tinggal dengannya dan mengajarinya berladang di ladangnya yang luas. Namun ada suatu keanehan yang terjadi ketika hari pertama kakek Tam mengajari Dhariel. Ketika itu ia hanya mencontohkan bagaimana cara mencangkul yang baik pada Dhariel, kemudian anak itu dengan semangat mengayuhkan cangkulnya dan ternyata kekuatan yang terlalu besar sampai membuat tanah yang ia cangkul berlubang sangat besar. Detik itu juga bukan hanya kakek Tam yang terkejut dengan kekuatan Dhariel, Dhariel sendiri saat itu terbelalak kaget dengan kekuatannya.
“Kekuatan apa ini? Kenapa aku bisa membuat lubang sebesar itu diladang kakek?” kata Dhariel dalam hati.
“Sepertinya kau menggunakan kekuatanmu terlalu berlebihan” kata kakek Tam mencoba untuk menenangkannya.
Dhariel menjadi heran dengan kekuatan yang ia miliki, ia pun sadar bahwa kakek Tam pasti terkejut dengan yang terjadi saat itu, namun kakek Tam berusaha menganggapnya suatu hal yang wajar. Kemudian dihari itu kakek Tam mengurungkan niatnya untuk mengajari Dhariel mencangkul ladangnya. Malam harinya setelah kejadian itu kakek berkata pada Dhariel bahwa akan ada tamu yang datang berkunjung ke rumahnya, tamu itu tak lain adalah Walikota Elfarion, Kakek Tam mengingatkan Dhariel untuk mempersiapkan hidangan teh untuk Walikota. Malam menunjukan pukul 19.00, Walikota belum juga terlihat datang kerumah kakek Tam, namun setelah ditunggu begitu lama terdengar suara yang mengejutkan
“Tolong..... siapapun tolong aku” suara seorang dari arah ladang kakek Tam.
Dhariel dan kakek Tam segera bergegas berlari kearah sumber suara membawa sebuah oncor untuk menerangi gelapnya malam. Terlihat saat itu, Pak Walikota terjebak dalam lubang yang tak sengaja dibuat oleh Dhariel. Segera Dhariel turun ke lubang itu untuk menolong Pak pemimpin.
“Anda tidak apa-apa pak Joy?” tanya Dhariel merasa bersalah.
“Kenapa ada lubang di ladangmu ini Kakek Tam?” tanya Walikota yang sedang naik dari lubang tersebut.
“Hahaha maafkan aku Pak Walikota, lubang itu sengaja aku buat untuk menjebak anjing liar yang sering merusak tanaman yang ku tanam” kata Kakek Tam mencari alasan.
Hari itu Dhariel menyadari, bahwa kakek Tam berusaha merahasiakan kejadian itu dari pak walikota, tentu saja kakek Tam tidak ingin kejadian ini menjadi kekhawatiran seluruh warga desa apabila mengetahui kekuatan aneh yang dimiliki Dhariel. Begitu pula Dhariel, ia sadar bahwa ia sekarang telah dilindungi oleh kakek yang mau merahasiakan kejadian itu. Kemudian hari berlalu seperti biasa di desa Elfarion, walau telah terjadi kejadian aneh itu, kakek Tam tidak merubah pandangannya terhadap Dhariel, ia tetap memperlakukannya seperti cucunya sendiri, Dhariel pun mencoba bekerja di ladang berusaha terlihat wajar dengan mengendalikan kekuatannya, Kakek Tam dan Dhariel tak pernah membahas kejadian aneh itu, seoleh mereka berdua masing-masing telah tahu apa yang harus dilakukan. Namun walau begitu, Dhariel semakin merasa bingung dengan dirinya sendiri, kenapa ia memiliki kekuatan sebesar itu? Siapa sebenarnya ia sebelum ini? Apa yang membuat ia berbeda dari orang lain? Pertanyaan itu terus muncul dalam benak Dhariel sehingga ia bertekat akan mencaritahu dengan pelan asal-usulnya sampai ingatanya bisa kembali dan ia mengenal dirinya sendiri.


To Be Continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar memberikan Kritik yang membangun