Rabu, 05 Maret 2014

Cerbung Dhariel Part 2 (Pohon Terbesar Di Hutan)

Cerita Bersambung Fiksi Fantasi Karya Osbudiar
Dhariel merasa aneh dengan kekuatan yang ada pada dirinya, ia menjadi penasaran dengan kekuatannya, kenapa ia memiliki kekuatan sebesar itu? Tanyaanya dalam hati, disuatu senja ia berjalan-jalan ke hutan Felioth membawa kapak dan bertekat untuk menguji seberapa besar kekuatan yang dimilikinya. Langkah demi langkah menuju bagian hutan yang paling sunyi sampai ia benar-benar yakin bahwa tak ada orang disekitar tempat itu. Ia ingin mengayuhkan kapaknya pada salah satu pohon Alpen untuk menguji kekuatannya.
Sebuah pohon Alpen yang masih segar berdiri tegak didepannya, ia berusaha memusatkan konsentrasinya pada kapak yang dipegangnya, dengan kekuatan penuh ia mencoba untuk memotong pohon Alpen yang cukup besar tersebut, dan setelah ia yakin mengayuhkan kapaknya hingga mendarat tepat di tubuh pohon itu dan “Kraaaaaaak” Bagian dari tubuh pohon  yang terkena kapak saat itu juga hancur dan pohon Alpen tersebut roboh dengan segera “Braaaaaaak”
Tanpa sadar suara pohon tumbang itu menggelegar sangat keras diatas tanah, Dhariel saat itu tak mengira satu ayunan kapaknya mampu menumbangkan pohon sebesar itu. Dalam keadaan terkejut saat itu, dari kejauhan terdengar suara pijakan kaki yang semakin lama semakin dekat dan terdengar mengeras kearah Dhariel. Dhariel sekejap bersikap siaga dengan apa yang akan datang ke arahnya.
Seorang yang berlari dari arah utara itu muncul melompati semak-semak dan mendarat tepat didepan hadapan Dhariel, dengan memakai baju hijau misterius yang tertutup wajahnya. Dhariel bersiap-siap memegang kapaknya dengan rasa was-was. Seseorang berjubah hijau itu menunjukan sosoknya dengan membuka penutup kepalanya melihat Dhariel dengan wajah senyum polos
"Finary?" Panggil Dhariel terkejut melihat seorang dari desa Elfarion ada didepannya saat itu. Finary adalah seorang perempuan dari keluarga Emeron yang sebaya dengan Dhariel, perempuan ini sangat pemberani dimata Dhariel, jarang bisa menemui gadis ini didalam kota karena ia lebih sering berkeliaran dihutan dibandingkan berdiam diri di rumahnya. Gadis ini berambut pirang dan selalu memakai baju ala cowo, ia lebih senang berkeliaran didalam hutan dibandingkan berkumpul dengan gadis-gadis desa.
"Kau menebang pohon sebesar itu sendirian?"
Tanya Finary heran dengan pohon Alpen yang di potong oleh Dhariel
"Ah... It...itu tadi aku tebang sejak tadi pagi koq" kata Dhariel gagap mendadak mencari alasan.
"Tadi pagi? Wow biasanya pohon sebesar ini baru bisa ditebang selama tiga hari" Kata Finary yang masih kagum semakin membuat Dhariel gelagapan.
"Ah... Masag sich, aku tadi kerja keras memotongnya koq"
"Akan ku laporkan pada pak walikota" Tukas Finary hendak meninggalkan Dhariel
"Eh... Tunggu-tunggu"  secara reflek Dhariel memegang tangan Finary dengan cepat.
"Ada apa sich Dhar?" Tanya Finary heran
"Uh... Anu.. Bisakah kita merahasiakan hal ini dari penduduk desa?"
Kata Dhariel dengan wajah panik
"Lho kenapa? Bukankah kemampuan menebang kayumu ini bisa dijadikan uang bila semua orang tahu? Kau pun juga bisa membantu pak Honta (tukang bangunan desa) untuk mencari persediaan kayu seluruh penduduk desa kan?" Kata Finary heran.
"Eee... Anu... (Mencari alasan) Aku banyak pekerjaan diladang dan aku kira aku akan kesulitan membagi waktu jika aku harus melayani penduduk desa dengan pekerjaan tambahan" Dhariel berusaha berdalih.
"Lha trus kayu yang kau tebang ini mau kau pakai untuk apa?"
Tanya Finary semakin mendetail memandang pohon alpen itu.
Dhariel bingung dengan pohon yang dipotongnya, awalnya ia hanya ingin melakukan percobaan dengan kayu alpen tapi ia sendiri tak menyangka apabila pohon itu dapat tumbang hanya dengan sekali tebas.
"I...itu sudah aku pikirkan"  jawab Dhariel.
"Emangnya untuk apa?" Tanya Finary penasaran.
"Pokoknya besok kamu juga tau"  kata Dharriel sambil memegang bahu belakang Finary dengan kedua tangannya sambil mendorong berjalan maju bersamanya (sebuah isyarat mengajaknya pergi dari tempat itu)
"Tapi janji ya jangan bilang siapa-siapa tentang hal ini OK?"
Dhariel memastikan rahasianya terjaga.
"Kamu benar-benar mencurigakan Dhariel?"
Kata Finary yang menengok Dhariel dibelakangnya yg masih berjalan mendorong. Tiba-tiba Finary menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arah Dhariel "Tapi dengan satu syarat" kata Finary sambil tersenyum membuat Dhariel heran.
"Apa?" Tanya Dhariel Finary langsung meraih tangan Dhariel mengajaknya berjalan tanpa memberitahu ia mau kemana.
Setelah berjalan cukup lama menelusuri hutan Felioth Dhariel merasa kelelahan
"Finary kita mau kemana sich? Jauh banget tempatnya?"  Tanya Dhariel yang masih digandeng oleh Finary
 "Udah tenang aja ntar juga tau sendiri"  jawab Finary singkat.
Mereka akhirnya sampai di tengah-tengah hutan Felioth. Disana terlihat sebuah pohon yang telah mati dengan ukuran sepuluh kali lipat dari pohon alpen yang dipotong Dhariel.
"Kau mau apa?"  Tanya Dhariel
"Potong pohon itu!"  Perintah Finary dengan santai
"Apa? Yang bener aja? Mana bisa aku memotong pohon sebesar ini?"
Kata Dhariel ragu. Pohon yang dilihatnya lima kali lebih besar dari pohon Alpen yang telah dipotongnya
"Makanya aku mau melaporkan pada pak walikota, dan sudah sejak dulu aku ingin menebang pohon ini, hanya saja aku belum punya uang yang cukup untuk menyewa tukang kayu, aku rasa kamu cukup kuat untuk menebang pohon ini, lagian karena kamu memberikan satu syarat aku rasa biaya memotong kayu ini bisa gratis kan?"  Kata Finary dengan tersenyum polos tanpa dosa.
"Haduh aku malah ketemu gadis licik ini sekarang"
kata Dhariel dalam hati.
"Baiklah-baiklah.. Akan aku coba untuk menumbangkan pohon ini, tapi jaga rahasia kita ya?" Kata Dhariel menyudutkan matanya dengan tatapan yakin. Finary menganggukan kepalanya berkali-kali dengan wajah penuh senyum.
Dhariel pun beranjak mendekati pohon itu dan ketika kapak yang dipegang oleh Dhariel diayunkan dan menyentuh pohon besar itu, PRAAAK.. kapak itu seketika hancur.
"Aduh gawat, aku terlalu kuat menggunakan tenagaku sampai kapaknya bisa hancur begini" kata Dhariel dalam hati.
"Hm... Ternyata tak mungkin ya? Huh.." Kata Finary dengan nada kecewa.
Dhariel menyadari bahwa permintaan Finary bukanlah permintaan yang biasa, walau Finary tidak menceritakan sebab mengapa ia meminta Dhariel untuk memotong Pohon besar itu, namun saat melihat matanya yang kecewa Dhariel merasakan bahwa permintaan Finary saat itu sangatlah penting lebih penting dari yang ia bayangkan.
Finary memalingkan wajahnya dan beranjak untuk pergi meninggalkan tempat itu, namun Dhariel saat itu juga mendekatinya dan menepuk bahu Finary dari belakang.
"Besok aku akan memotongnya untukmu" kata Dhariel menenangkan Finary yang ternyata meneteskan air mata namun segera ia usap agar tak dilihat oleh Dhariel.
"Tak perlu memaksakan diri, permintaanku sepertinya terlalu berat"
kata Finary memaksakan senyumnya didepan Dhariel.
"Bukankah kau yang mengajukan syarat, aku kira tak apa untuk melakukannya" kata Dhariel dengan tenang.
"Benarkah kau mau melakukannya untukku?" Tanya Finary
"Hm... Tapi sepertinya besok aku harus membeli kapak baru untuk melakukan pekerjaan ini" Jawab Dhariel tersenyum.
"Baiklah, besok kita berangkat bersama" kata Finary kembali terlihat senyum merekah diwajahnya.
"Kau menemaniku memotong kayu?" Tanya Dhariel.
"Tentu saja, aku kan yang meminta permintaan ini, lagian aku akan menjagamu dari binatang buas yang datang ketika kau sedang bekerja"
kata Finary sombong dengan menunjukkan busur panah kesayangannya.
Keesokan paginya Finary sudah ada didepan rumah Dhariel dengan wajah penuh ceria. "Pagi sekali kau datang" kata Dhariel membawa tas yang berisi bekal makanan, "tentu saja, siapa lagi yang mau menjagamu di hutan kalau bukan aku" kata Finary masih bangga
"Ok sebelum berangkat temani aku membeli kapak di tempat Pak Jinzo (blacksmite desa Elfarion)" kata Dhariel dipotong oleh Finary yang menunjukan sebuah kapak dihadapannya. "Aku sudah membelinya saat perjalanan kesini tadi" kata Finary terus terang. "Wauw ini kan kapak Elmion" kata Dhariel kagum.
"Iya itu kapak yang bisa kau tempa berkali-kali dan jarang sekali kapak jenis ini hancur ketika digunakan" jawab Finary
"Kapak ini bukankah kapak paling mahal? Sepertinya pohon besar itu sangat berarti untuk kau tumbangkan Fin?" Tanya Dhariel

"Yah memang saat ini hal itu yang paling penting dalam hidupku saat ini" jawab Finary yang mulai melangkahkan kaki menuju kearah hutan.

To Be Continue


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar memberikan Kritik yang membangun