Cerita Bersambung Fiksi Fantasi Karya Osbudiar |
Dhariel
merasa aneh dengan kekuatan yang ada pada dirinya, ia menjadi penasaran dengan
kekuatannya, kenapa ia memiliki kekuatan sebesar itu? Tanyaanya dalam hati,
disuatu senja ia berjalan-jalan ke hutan Felioth membawa kapak dan bertekat untuk menguji seberapa besar kekuatan yang dimilikinya. Langkah demi langkah
menuju bagian hutan yang paling sunyi sampai ia benar-benar yakin bahwa tak ada
orang disekitar tempat itu. Ia ingin mengayuhkan kapaknya pada salah satu pohon
Alpen untuk menguji kekuatannya.
Sebuah
pohon Alpen yang masih segar berdiri tegak didepannya, ia berusaha memusatkan
konsentrasinya pada kapak yang dipegangnya, dengan kekuatan penuh ia mencoba
untuk memotong pohon Alpen yang cukup besar tersebut, dan setelah ia yakin
mengayuhkan kapaknya hingga mendarat tepat di tubuh pohon itu dan “Kraaaaaaak”
Bagian dari tubuh pohon yang terkena
kapak saat itu juga hancur dan pohon Alpen tersebut roboh dengan segera “Braaaaaaak”
Tanpa
sadar suara pohon tumbang itu menggelegar sangat keras diatas tanah, Dhariel
saat itu tak mengira satu ayunan kapaknya mampu menumbangkan pohon sebesar itu.
Dalam keadaan terkejut saat itu, dari kejauhan terdengar suara pijakan kaki
yang semakin lama semakin dekat dan terdengar mengeras kearah Dhariel. Dhariel
sekejap bersikap siaga dengan apa yang akan datang ke arahnya.
Seorang
yang berlari dari arah utara itu muncul melompati semak-semak dan mendarat
tepat didepan hadapan Dhariel, dengan memakai baju hijau misterius yang
tertutup wajahnya. Dhariel bersiap-siap memegang kapaknya dengan rasa was-was.
Seseorang berjubah hijau itu menunjukan sosoknya dengan membuka penutup
kepalanya melihat Dhariel dengan wajah senyum polos
"Finary?"
Panggil Dhariel terkejut melihat seorang dari desa Elfarion ada didepannya saat
itu. Finary adalah seorang perempuan dari keluarga Emeron yang sebaya dengan
Dhariel, perempuan ini sangat pemberani dimata Dhariel, jarang bisa menemui
gadis ini didalam kota karena ia lebih sering berkeliaran dihutan dibandingkan
berdiam diri di rumahnya. Gadis ini berambut pirang dan selalu memakai baju ala
cowo, ia lebih senang berkeliaran didalam hutan dibandingkan berkumpul dengan
gadis-gadis desa.
"Kau
menebang pohon sebesar itu sendirian?"
Tanya
Finary heran dengan pohon Alpen yang di potong oleh Dhariel
"Ah...
It...itu tadi aku tebang sejak tadi pagi koq" kata Dhariel gagap mendadak
mencari alasan.
"Tadi
pagi? Wow biasanya pohon sebesar ini baru bisa ditebang selama tiga hari" Kata
Finary yang masih kagum semakin membuat Dhariel gelagapan.
"Ah...
Masag sich, aku tadi kerja keras memotongnya koq"
"Akan
ku laporkan pada pak walikota" Tukas Finary hendak meninggalkan Dhariel
"Eh...
Tunggu-tunggu" secara reflek
Dhariel memegang tangan Finary dengan cepat.
"Ada
apa sich Dhar?" Tanya Finary heran
"Uh...
Anu.. Bisakah kita merahasiakan hal ini dari penduduk desa?"
Kata
Dhariel dengan wajah panik
"Lho
kenapa? Bukankah kemampuan menebang kayumu ini bisa dijadikan uang bila semua
orang tahu? Kau pun juga bisa membantu pak Honta (tukang bangunan desa) untuk
mencari persediaan kayu seluruh penduduk desa kan?" Kata Finary heran.
"Eee...
Anu... (Mencari alasan) Aku banyak pekerjaan diladang dan aku kira aku akan
kesulitan membagi waktu jika aku harus melayani penduduk desa dengan pekerjaan
tambahan" Dhariel berusaha berdalih.
"Lha
trus kayu yang kau tebang ini mau kau pakai untuk apa?"
Tanya
Finary semakin mendetail memandang pohon alpen itu.
Dhariel
bingung dengan pohon yang dipotongnya, awalnya ia hanya ingin melakukan
percobaan dengan kayu alpen tapi ia sendiri tak menyangka apabila pohon itu
dapat tumbang hanya dengan sekali tebas.
"I...itu
sudah aku pikirkan" jawab Dhariel.
"Emangnya
untuk apa?" Tanya Finary penasaran.
"Pokoknya
besok kamu juga tau" kata Dharriel
sambil memegang bahu belakang Finary dengan kedua tangannya sambil mendorong
berjalan maju bersamanya (sebuah isyarat mengajaknya pergi dari tempat itu)
"Tapi
janji ya jangan bilang siapa-siapa tentang hal ini OK?"
Dhariel
memastikan rahasianya terjaga.
"Kamu
benar-benar mencurigakan Dhariel?"
Kata
Finary yang menengok Dhariel dibelakangnya yg masih berjalan mendorong.
Tiba-tiba Finary menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arah Dhariel
"Tapi dengan satu syarat" kata Finary sambil tersenyum membuat
Dhariel heran.
"Apa?"
Tanya Dhariel Finary langsung meraih tangan Dhariel mengajaknya berjalan tanpa
memberitahu ia mau kemana.
Setelah
berjalan cukup lama menelusuri hutan Felioth Dhariel merasa kelelahan
"Finary
kita mau kemana sich? Jauh banget tempatnya?" Tanya Dhariel yang masih digandeng oleh Finary
"Udah tenang aja ntar juga tau
sendiri" jawab Finary singkat.
Mereka
akhirnya sampai di tengah-tengah hutan Felioth. Disana terlihat sebuah pohon
yang telah mati dengan ukuran sepuluh kali lipat dari pohon alpen yang dipotong
Dhariel.
"Kau
mau apa?" Tanya Dhariel
"Potong
pohon itu!" Perintah Finary dengan
santai
"Apa?
Yang bener aja? Mana bisa aku memotong pohon sebesar ini?"
Kata
Dhariel ragu. Pohon yang dilihatnya lima kali lebih besar dari pohon Alpen yang
telah dipotongnya
"Makanya
aku mau melaporkan pada pak walikota, dan sudah sejak dulu aku ingin menebang
pohon ini, hanya saja aku belum punya uang yang cukup untuk menyewa tukang
kayu, aku rasa kamu cukup kuat untuk menebang pohon ini, lagian karena kamu
memberikan satu syarat aku rasa biaya memotong kayu ini bisa gratis kan?" Kata Finary dengan tersenyum polos tanpa dosa.
"Haduh
aku malah ketemu gadis licik ini sekarang"
kata
Dhariel dalam hati.
"Baiklah-baiklah..
Akan aku coba untuk menumbangkan pohon ini, tapi jaga rahasia kita ya?"
Kata Dhariel menyudutkan matanya dengan tatapan yakin. Finary menganggukan
kepalanya berkali-kali dengan wajah penuh senyum.
Dhariel
pun beranjak mendekati pohon itu dan ketika kapak yang dipegang oleh Dhariel
diayunkan dan menyentuh pohon besar itu, PRAAAK.. kapak itu seketika hancur.
"Aduh
gawat, aku terlalu kuat menggunakan tenagaku sampai kapaknya bisa hancur
begini" kata Dhariel dalam hati.
"Hm...
Ternyata tak mungkin ya? Huh.." Kata Finary dengan nada kecewa.
Dhariel
menyadari bahwa permintaan Finary bukanlah permintaan yang biasa, walau Finary
tidak menceritakan sebab mengapa ia meminta Dhariel untuk memotong Pohon besar
itu, namun saat melihat matanya yang kecewa Dhariel merasakan bahwa permintaan
Finary saat itu sangatlah penting lebih penting dari yang ia bayangkan.
Finary
memalingkan wajahnya dan beranjak untuk pergi meninggalkan tempat itu, namun
Dhariel saat itu juga mendekatinya dan menepuk bahu Finary dari belakang.
"Besok
aku akan memotongnya untukmu" kata Dhariel menenangkan Finary yang
ternyata meneteskan air mata namun segera ia usap agar tak dilihat oleh
Dhariel.
"Tak
perlu memaksakan diri, permintaanku sepertinya terlalu berat"
kata
Finary memaksakan senyumnya didepan Dhariel.
"Bukankah
kau yang mengajukan syarat, aku kira tak apa untuk melakukannya" kata
Dhariel dengan tenang.
"Benarkah
kau mau melakukannya untukku?" Tanya Finary
"Hm...
Tapi sepertinya besok aku harus membeli kapak baru untuk melakukan pekerjaan
ini" Jawab Dhariel tersenyum.
"Baiklah,
besok kita berangkat bersama" kata Finary kembali terlihat senyum merekah
diwajahnya.
"Kau
menemaniku memotong kayu?" Tanya Dhariel.
"Tentu
saja, aku kan yang meminta permintaan ini, lagian aku akan menjagamu dari
binatang buas yang datang ketika kau sedang bekerja"
kata
Finary sombong dengan menunjukkan busur panah kesayangannya.
Keesokan
paginya Finary sudah ada didepan rumah Dhariel dengan wajah penuh ceria.
"Pagi sekali kau datang" kata Dhariel membawa tas yang berisi bekal
makanan, "tentu saja, siapa lagi yang mau menjagamu di hutan kalau bukan
aku" kata Finary masih bangga
"Ok
sebelum berangkat temani aku membeli kapak di tempat Pak Jinzo (blacksmite desa
Elfarion)" kata Dhariel dipotong oleh Finary yang menunjukan sebuah kapak
dihadapannya. "Aku sudah membelinya saat perjalanan kesini tadi" kata
Finary terus terang. "Wauw ini kan kapak Elmion" kata Dhariel kagum.
"Iya
itu kapak yang bisa kau tempa berkali-kali dan jarang sekali kapak jenis ini
hancur ketika digunakan" jawab Finary
"Kapak
ini bukankah kapak paling mahal? Sepertinya pohon besar itu sangat berarti
untuk kau tumbangkan Fin?" Tanya Dhariel
"Yah
memang saat ini hal itu yang paling penting dalam hidupku saat ini" jawab
Finary yang mulai melangkahkan kaki menuju kearah hutan.
To Be Continue
To Be Continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar memberikan Kritik yang membangun