Finary berjalan didepan Dhariel dengan lincahnya karena dia
sudah menganggap hutan Felioth seperti rumahnya sendiri. Ia sangat tahu seluk
beluk hutan sampai jenis-jenis mahluk hutan baik yang berbahaya maupun jinak.
Hingga akhirnya mereka berdua sampai di jantung hutan
Felioth, pohon yang besar itu setinggi gedung enam tingkat terlihat kering dan
sudah mati, namun Dhariel masih tak tahu pentingnya pohon ini untuk ditebang
olehnya. Ia mempersiapkan kapaknya untuk menebang pohon itu sekuat tenaga.
Tebasan pertama Dhariel berhasil menggores pohon itu, namun
ketika tebasan pertamanya berakhir, ia merasa tenaganya seperti lenyap
pelan-pelan. Ia merasakan keanehan di tubuhnya namun ia tetap melanjutkan
tebasannya berkali-kali sampai kemudian ia berhenti menebas.
"Huh.. Sepertinya kita tidak bisa menyelesaikan dengan
cepat deh"
Keluh Dhariel pada Finary.
"Istirahat dulu, kau terlalu memaksakan tenagamu
Dhar"
Kata Finary sambil menyodorkan bekal bawaannya.
"Untukku?" Tanya Dhariel sedikit terkejut
"Hu'um..." Isyarat iya
Dhariel menerima ketan yang dibumbui abon sapi dari Finary,
kemudian ia duduk disebelahnya dan memakan ketan buatan Finary.
"Hm..... Enak sekali ketan buatanmu?" Kata
Dhariel setelah mencicipinnya.
"Tentu saja, aku kan terbiasa mengembara di hutan,
jadi tahu makanan yang enak yang bisa dimasak" Jawab Finary
"Ku pikir karena kamu sering berkeliaran di hutan,
kamu makan-makanan apapun yang ada di hutan hehe" kata Dhariel ngledek.
"Enak saja kau kira aku ini monyet hutan apa?"
Balas Finary mencubit pipi Dhariel berkali-kali dengan sangat keras sampai
pipinya memerah.
Mereka berdua berbincang-bincang tentang banyak hal, Finary
seorang dari keluarga Emeron memang memiliki kemampuan bertahan hidup di alam,
mereka selalu mempersiapkan senjata andalan mereka berupa panah untuk
melindungi diri dari hutan, mereka terbiasa hidup dalam posisi siaga dengan
kemampuan pendengaran dan pandangan jarak jauhnya bisa mendeteksi mahluk-mahluk
berbahaya didalam hutan. Finary sejak kecil hidup bersama dengan ayahnya,
Ibunya telah meninggal ketika ia masih kecil, ayahnya sangat menyayanginya dan
selalu khawatir dengan Finary, tapi ia tetap saja bandel dan selalu keluar
rumah saat pagi buta sebelum ayahnya terbangun dipagi hari, sehingga tiap sore
ayahnya pasti mencarinya di hutan dan memarahinya ketika dirumah, selama ini
Finary memang tidak suka berada di rumah, berbagai cara telah dilakukan oleh
ayah Finary untuk melarangnya kehutan, tapi gadis ini begitu cerdik dan keras
kepala seperti ayahnya sehingga selalu lolos dari siasat ayahnya, hingga
akhirnya ayahnya menyerah dan membuat batas waktu Finary berada di hutan hanya
ketika langit masih berwarna cerah.
Dhariel tak menyangka bahwa gadis tomboi itu pandai meracik
makanan, karena memang kaum golongan Emeron memang memiliki kemampuan dalam
menyiapkan makanan cepat saji untuk perbekalan instan sebuah perjalanan jauh.
"Baiklah... Cukup istirahatnya, Sepertinya aku harus
menyelesaikan pohon ini"
kata Dhariel yang telah memotong seperempat dari potongan
dipohon Raksasa tersebut
Ia menyadari semakin ia menebaskan kapaknya tenaganya
semakin berkurang pelan-pelan, namun ia sudah membuat janji pada Finary, dan
akan melakukan sampai pohon itu tumbang, tanpa mengetahui tujuan Finary
memintanya.
Berjam-jam pohon itu terus dikapak oleh Dhariel namun pohon
sebesar itu masih saja berdiri kokoh didepannya. Sampai akhirnya Dhariel berhenti
karena kelelahan.
"Hufh... Keras sekali pohon ini? Seperti batu saja
Hosh.. Hosh..." Kata Dhariel diiringi desah kecapekkan.
"Semangat Dhariel, Semangat" kata Finary memberi
semangat sambil senyam-senyum.
"Anak ini malah bertingkah menggemaskan seperti
itu" kata Dhariel dalam hati. Saat itu Dhariel menyadari bahwa tubuhnya
tidak akan mampu menanggung beban letih. Ia merasa bahwa tubuhnya tak mungkin
bisa mengayuhkan kapaknya lagi. Tetapi hanya tinggal beberapa pukulan lagi pohon
itu pasti roboh.
"Hosh hosh hosh" suara nafas Dhariel. Kecapekan
"Tinggal satu kali lagi ya? Coba aku yang
mengkampaknya" kata Finary bergegas mengambil kapak yang dipegang Dhariel.
"Tunggu Finary! Pohon ini bisa aku selesaikan hosh
sendiri" kata Dhariel mempertahankan kapaknya.
"Hei serakah sekali? Aku kan hanya ingin
mencobanya" kata Finary bawel.
"Hosh hosh Sebelum kau mengayuhkan kapak ini, hosh
hosh sebaiknya kau sentuh dulu pohon yang ingin kau tumbangkan itu" jawab
Dhariel.
"Hm... kau ini tiba-tiba memberi aturan yang
aneh-aneh?" Kata Finary heran "Ok akan aku sentuh" Finary
menyentuh pohon yang hampir tumbang tersebut dan terkejutlah ia karena tubuhnya
seketika tersengat listrik yang sangat kuat. "Aaaaaaa......" Teriak
Finary mencabut tangannya dari pohon tersebut.
"Kenapa pohon ini bisa menyengat?" Tanya Finary
ketakutan.
"Ternyata Finary juga tidak bisa merasakan kekuatan
pohon ini? Ku kira karena ia dari suku Emeron ia bisa merasakannya sebelum
menyentuhnya (suku Emeron memiliki indra yang lebih kuat dibandingkan suku
lain) jika ia tidak merasakan kekuatan sebesar ini dalam jarak sedekat ini, itu
artinya pohon ini memiliki kekuatan yang sangat misterius sehingga tak ada
satupun orang yang menyadarinya, awalnya aku juga tidak merasakan kekuatan di
sekitar pohon ini tapi setelah kapak ini mengenai pohon aku merasakan ada yang
aneh". " Hei... Bengong aja kamu Dhar" senggol Finary
mengejutkan gumam Dhariel.
"Kau menyuruhku untuk menumbangkannya kan? Aku ingin
tahu sebenarnya pohon apa ini?" Tanya Dhariel penasaran